Makassar, Riuhmedia.com – Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) di Kota Makassar ditegaskan sebagai ujung tombak kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana di tingkat komunitas. Pesan ini disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar dalam Sosialisasi Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas Satlinmas yang digelar Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar pada 4–5 Agustus 2025.
Kegiatan yang diikuti 100 anggota Linmas dari berbagai kelurahan ini fokus pada penguatan keterampilan dasar tanggap darurat sekaligus memperkuat peran sosial kemasyarakatan. Peserta dibagi dalam dua gelombang, masing-masing 50 orang per hari, untuk menjaga efektivitas pelatihan dan interaksi dalam simulasi.
Linmas, Ujung Tombak Tanggap Darurat Lokal
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Makassar, Ahmad Ismunandar, S.STP., M.Si., yang hadir sebagai narasumber utama, menegaskan bahwa penguatan kapasitas Linmas merupakan investasi jangka panjang dalam membangun ketahanan masyarakat.
“Kami melihat Satlinmas sebagai ujung tombak penanganan dini di wilayahnya masing-masing. Pelatihan ini bukan sekadar rutinitas, tapi investasi jangka panjang dalam ketahanan masyarakat menghadapi krisis,” ujar Ismunandar.
Materi yang diberikan meliputi teknik dasar mitigasi bencana, simulasi evakuasi, dan koordinasi cepat antarinstansi saat kondisi darurat. BPBD Makassar juga menggandeng Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Makassar untuk memberikan pelatihan dasar pemadaman dan pertolongan pertama di lokasi kejadian.
Kolaborasi Jadi Kunci
Kepala Satpol PP Kota Makassar, Hasanuddin, S.STP., M.Si., menekankan pentingnya kerja sama lintas instansi dalam membentuk masyarakat yang tangguh.
“Satlinmas adalah mitra strategis pemerintah, bukan hanya dalam menjaga ketertiban, tapi juga dalam penanganan awal situasi darurat. Mereka harus adaptif, responsif, dan siap bersinergi dengan instansi teknis seperti BPBD dan Damkar,” jelasnya.
Membangun Budaya Tangguh Bencana
BPBD Makassar berharap, pelatihan seperti ini tidak hanya membekali Linmas dengan keterampilan teknis, tetapi juga menjadikan mereka agen edukasi dan pelopor kesiapsiagaan di lingkungannya masing-masing.
“Ke depan, kami akan terus mengintensifkan pelatihan seperti ini. Harapannya, Linmas tidak hanya tangguh saat bencana datang, tapi juga menjadi agen edukasi dan pelopor kesiapsiagaan di lingkungannya,” tutup Ismunandar.
Dengan penguatan peran Linmas, diharapkan respon awal bencana di tingkat komunitas dapat berjalan lebih cepat, terkoordinasi, dan berdampak nyata dalam mengurangi risiko korban maupun kerugian.